Awal saya mendengar kata “Software Engineering” adalah ketika saya kuliah di jurusan Teknik Informatika, yang dimana diterjemahkan menjadi “Rekayasa Perangkat Lunak”, namun sebagian besar ilmu terkait “Software Engineering” justru saya dapatkan dari luar kampus, dengan cukup ekstrim saya bahkan berpikir bahwa “Software Engineering” bukanlah sebuah ilmu yang bisa didapatkan dengan belajar di jalur akademik formal. Pemikiran ini saya dapatkan dan justru semakin menguat disaat awal-awal saya merintis karir di dunia industri. Bagaimana mungkin saya tidak berpikir demikian, ketika saya melihat banyak sekali teman-teman saya yang lulusan Teknik Informatika, namun tidak memiliki kemampuan untuk membuat sebuah “Software” yang baik, bahkan banyak yang sudah berpikiran untuk tidak akan mencari pekerjaan yang mengharuskan mereka untuk menuliskan baris kode.
Hari demi hari saya lalui dengan rutinitas utama saya untuk mencari penghidupan yaitu dengan menyelesaikan permasalahan dengan menulis baris kode. Baris kode yang saya tuliskan tidak jauh bedanya dengan beberapa baris kode yang pernah saya tuliskan di masa awal-awal saya bekerja, namun permasalahan yang saya hadapi semakin beragam sampai pada sebuah titik dimana saya merasa untuk menyelesaikan permasalahan tersebut saya justru harus melihat kebelakang di masa-masa saat saya berada di bangku kuliah.
Semua lini dasar yang ada didalam bidang “Software Engineering” selalu tidak lepas dari dunia akademik formal di belahan dunia lain. Bila kita berbicara mengenai “Programming”, mungkin kita akan langsung mengingat buku klasik “SICP” yang tidak perlu ditanyakan seberapa berperannya MIT dalam hal tersebut, atau bila kita berbicara mengenai “Computer Architecture”, kita juga pastinya tidak akan melupakan referensi padat dan komplit yang ditulis oleh Randy Bryant dan David O’Hallaron, atau bila kita berbicara mengenai “Operating System”, kemungkinan besar di dalam browser bookmark kita akan menyimpan “OS: Three Easy Pieces” dibaca “Oh Step” yang merupakan sumber referensi gratis yang ditulis oleh sepasang suami istri yang merupakan dosen di University of Wisconsin-Madison. Namun bagaimana dengan di Indonesia? Apakah kita memiliki referensi yang setara dengan referensi tersebut? Apakah kita mengenal nama-nama yang setara dengan nama-nama tersebut? Berbicara tentang “Unix” maka nama “Ken Thompson” jelas ada di benak kita, saat kita menuliskan baris kode “C” maka nama “Brian Kernighan” dan “Dennis Ritchie” pasti akan muncul, atau mungkin bahasa yang sangat populer di kalangan perusahaan perintis di Indonesia yaitu “Go” yang mana nama “Rob Pike” dan “Ken Thompson” juga tidak akan pernah lepas dari bahasa tersebut, dimana juga “Russ Cox” yang merupakan salah satu kontributor utama dari bahasa tersebut juga merupakan salah satu kontributor utama dari “Plan 9” yang merupakan sistem operasi yang dikembangkan oleh “Bell Labs” yang mana “Ken Thompson” juga merupakan salah satu kontributor utamanya.1